Korwil Jatim: Catur Teguh Wiyono
Jember, rilisfakta.id – Awa Audio Sound System milik Mas Hendra Pemilik CV Atang Are Kalimantan menjadi pendatang baru yang berhasil mendominasi dalam Karnaval, maupun Battle Sound yang diadakan oleh Pemdes Tugusari dalam melengkapi Karnaval Budaya Nusantara Minggu, (21/9/2025).
Bahkan Diiringi Sound Jawa, dengan kolaborasi pakaian adat Bali, serta dentuman Awa Audio Sound pendatang baru yang mendominasi di kalangan Sound System Horeg Jember menjadikan penampilan Rombongan Pemdes Tugusari amat memukau dalam performnya.
Sajian kolaborasi Budaya adat Nusantara dengan sajian sound Horeg yang dipersembahkan Awa Audio ini menjadi kompilasi sempurna dalam karnaval desa Tugusari ini.
Awa Audio digadang gadang memiliki suara jernih, sejuk, namun getarannya besar, sehingga menjadikan Awa Audio yang masih seumur jagung ini memiliki performa luar biasa dan diperebutkan jam tayangnya diberbagai acara di Jember.
Sebuah Mahakarya bertema budaya Nusantara menjadi isi pembuka dalam Karnaval “Budaya Nusantara” desa Tugusari yang dipimpin langsung oleh kepala desa Tugusari Akhmat Khoiri, S.H. Di dampingi Ketua TP PKK Tugusari Khosidah serta buah hatinya, dengan menaiki kereta Kencana disertai iringan ibu ibu TP PKK Tugusari, Kader Posyandu menyajikan penampilan layaknya Raja Jawa yang berkharisma di setiap performanya.
Diketahui Karnaval desa Tugusari dibagi menjadi tiga sesi yang disajikan dalam dua dua hari dua malam.
Yakni Karnaval pendidikan yang diikuti sekitar 32 peserta pada Sabtu, (20/9/2025) pukul 12.00 Wib. Yang kemudian dilanjutkan dengan Istighosah kemerdekaan, serta Maulid Nabi pada malam harinya.
Kemudian Keesokan harinya dilanjutkan dengan Karnaval Umum yang dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi non Lighting pada siang hari yakni Minggu, (21/9/2025) pukul 14.00 Wib.

Dan sesi Lighting pada malam harinya yakni pukul 19.00 Wib dengan total peserta 34 rombongan Karnaval dengan memakai Sound System Horeg Karnaval, dan menyajikan berbagai ragam budaya mulai drama kolosal, tari budaya, kolaborasi, hingga koreo modern.
Tidak hanya itu Pemdes, dan Perkebunan JA. Wattie turut menampilkan Performa sebagai rombongan pembuka dalam Karnaval tersebut.
Beda dengan berbagai penampilan di beberapa desa lain yang hanya menyajikan Sound Horeg tanpa adat budaya. Karnaval desa Tugusari berhasil menyajikan kolaborasi Tradisional, adat, budaya, modern, dengan dentuman Sound yang viral dikalangan Gen Millenial, dan para Gen Z ini.
Bahkan bisa dikatakan bahwa Karnaval desa Tugusari termasuk Karnaval dengan durasi terlama, tanpa halangan, bahkan didukung oleh APH, sebagai karnaval paling ramah lingkungan, dengan total jarak 3.5 KM, start Kembangan (depan kediaman Rofiq) finish Alun Alun Tugusari Nusantara, untuk Umum yang selesai pada pukul 03.00 Wib yang kemudian dilanjutkan dengan Battle Sound hingga menjelang adzan Subuh.

Dan diketahui pada Karnaval tingkat pendidikan sebelumnya, dengan jarak 2.5 km Start lapangan Krajan dan finish Alun Alun Tugusari Nusantara, selesai menjelang adzan Isya.
Kendati demikian karnaval desa Tugusari merupakan Karnaval dengan durasi paling lama, yang ramah lingkungan, namun paling kondusif di Bangsalsari, bahkan Kabupaten Jember.
Bahkan karnaval Tugusari mampu mengkolaborasikan Budaya Nusantara dengan Sound System Horeg serta mengubah wajah sisi negatif Sound Horeg sebagai Sound yang amat positif apabila digunakan sebagaimana mestinya.
Kepala desa Akhmat Khoiri saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa Karnaval Desa Tugusari memang disiapkan untuk menampilkan Sejarah sebagaimana bentuk aslinya namun dikolaborasikan dengan Sound yang amat digemari kaum muda saat ini.
“Karnaval adalah bentuk perayaan, hiburan, pelestarian budaya, penguatan identitas, dan sarana edukasi yang melibatkan pawai dengan atraksi seni, budaya, musik, dan tarian untuk memperingati momen penting atau merayakan keberagaman suatu daerah, bahkan budaya Nusantara,” ungkapnya.

“Namun dalam tiga tahun terakhir ini bagaimana kita sempurnakan dan sempurnakan lagi, kita kolaborasikan dengan Sound Horeg Karnaval yang digemari oleh kaum muda saat ini, sehingga dengan menarik kaum muda melalui Sound Horeg, kita juga mampu mengenalkan Budaya Nusantara, melalui koreo, bahkan drama kolosal seperti Roro Jonggrang kepada anak cucu kita,” jelasnya.
“Inilah fungsi desa Tugusari Sebagai desa Wisata, disini kita juga memiliki tanggung jawab untuk mengenalkan jati diri budaya luhur, dengan mengenalkan wawasan Nusantara melalui cara cara menggunakan langkah langkah yang diminati sehingga semua baik kaum muda, anak anak, bahkan kaum tua pun dapat menyerap pesan positifnya,” pungkasnya. (Tim)
![]()

